Faktor Produksi Alam
Faktor Produksi Alam, adalah
semua kekayaan yang ada di alam semesta digunakan dalam proses produksi. Faktor
produksi alam disebut faktor produksi utama atau asli. Faktor produksi alam
terdiri dari tanah, air, udara, sinar matahari, dan barang tambang.
Kondisi Lahan Pertanian
Di Indonesia
Kondisi umum lahan di Indonesia semakin kritis, khususnya lahan
pertanian. Lahan-lahan pertanian yang tadinya gembur, subur dan kaya akan
unsur-unsur hara menjadi keras dan tandus, bahkan Indonesia tercatat dalam 10
besar Negara yang miskin hara. Ironis, sebuah Negara agraris (pertanian) yang
ternyata sebagian besar lahannya dalam kondisi kritis.
Kerasdan tandusnya lahan pertanian di
Indonesia disebabkan oleh banyakfaktor, yang utamanya adalah penumpukan
bahan-bahan kimia sisapenggunaan pupuk dan pestisida kimia (an-organik)
sebelumnya yang tidaklarut dan terikat selama bertahun-tahun. Bahkan menurut
penelitianterbaru, meskipun penggunaan pupuk kimia dapat meningkatkan hasil
panensecara signifikan, namun hasil tersebut hanya bersifat
temporer(sementara), sedangkan penggunaan pupuk kimia secara membabi-buta
dandalam jangka panjang bukan saja mengeksploitasi unsur hara yang terdapatpada
tanah, namun juga mengakibatkan lahan menjadi keras dan menuruntingkat
kesuburannya, hingga berujung menjadi padang asir yang gersang,juga mengurangi
kualitas air tanah, serta membahayakan kesehatan makhluk hidup lainnya termasuk
manusia dan pelaku pertanian itu sendiri.
Itulah
kondisi yang tengah dialami oleh lahan pertanian kita, dan secara terasa hasil
pertanian pun mengalami penurunan dari segi jumlah dan kualitas. Sementara
usaha untuk meningkatkan hasil pertanian dengan memberikan pupuk kimia pada tanah yang keras tidak dapat diserap oleh tanaman secara
optimal.
Selama ini lahan
kita kekurangan 10 unsur hara, karena pupuk kimia (an-organik) yang digunakan
hanya memberikan 3 jenis unsur hara saja, yaitu:
Urea ® (N) ; TSP/SP36 ® (P) dan KCL ® (K)
Sedangkan
tanaman/ternak mutlak membutuhkan lebih banyak unsur hara selain ketiga unsur
diatas agar dapat tumbuh dengan normal. Terlebih lagi ketiga unsur yang
diberikan oleh pupuk kimia tersebut akan hilang dari lokasi penanaman bersamaan dengan hasil panen yang diangkut keluar
dari areal panen.
Ditengah
kondisi seperti inilah, slogan untuk kembali ke alam (back to nature)
dengan cara merestrukturisasi (memperbaiki) kondisi lahan secara alami (tanpa
campur tangan bahan kimia buatan) dengan tujuan meningkatkan hasil pertanian
menjadi pilihan solusi yang terbaik. Karena dunia pertanian memiliki kedekatan
yang erat dengan alam, jika kita tidak ramah dengan alam tentu alam pun enggan
bersahabat dengan kita bukan?
Keberadaan
Pupuk Organik Cair Serba Guna BIO MPM muncul sebagai penerapan solusi tersebut.
Penggunaan Pupuk Organik Cair Serba Guna BIO MPM secara berkala mampu
melarutkan kembali sisa-sisa kandungan kimia yang menumpuk yang tidak dapat
diserap tanaman, sehingga lahan menjadi gembur kembali, dan sisa-sisa pupuk kimia
yang bersifat positif pun dapat dimanfaat kembali baik oleh lahan dan tanaman,
sehingga selain menyehatkan lahan juga mampu meningkatkan hasil pertanian serta
ramah bagi lingkungan.
Kondisi Lahan Pertanian
Di Aceh
Bidang Pertanian
masih menjadi usaha andalan bagi penduduk Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam.
Dimana pada tahun 2000 menyumbang sekitar 21 persen terhadap total PDRB dan
pada tahun 2004 menyumbang sekitar 24 persen. Peningkatan peranan dalam
pembentukan PDRB Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam menunjukkan bahwa peran
Pemerintah Daerah beserta seluruh masyarakat Aceh serius dalam memelihara
mantapnya ketahanan pangan dalam memenuhi kebutuhan pokok masyarakat. Namun
demikian masih terdapat permasalahan klasik pembangunan bidang pertanian
seperti :
· Belum maksimalnya pemanfaatan potensi
sumberdaya yang tersedia secara efektif dan efisien, disamping itu sarana dan
prasarana penunjang juga belum memadai secara optimal.
· Alih teknologi pertanian seperti
penggunaan benih bermutu dan sistem kultur teknis belum merata serta kelangkaan
dan mahalnya sarana produksi seperti pupuk, pestisida dan alat mesin pertanian
· Serangan hama dan penyakit merupakan
permasalahan serius dalam peningkatan produksi pertanian TPH, perkebunan dan
peternakan.
· Bencana alam tsunami dan kekeringan
menyebabkan rusaknya lahan dan sarana/prasarana penunjang sehingga produksi
pertanian secara umum tidak mencapai sasaran dan target seperti yang
diharapkan.
Berikut ini juga
masalah lain yang terdapat dalam pengembangan pertanian di Propinsi Aceh adalah
:
1)
Produksi
rendah
Produksi komoditas pertanian
yang diusahakan petani masih rendah dibandingkan dengan potensi genetik dan
fisik komoditas tersebut. Hal ini disebabkan oleh beberapa faktor seperti iklim
(curah hujan, temperatur, kelembaban) dan tanah (tekstur, kedalaman efektif,
kesuburan, pH, drainase) yang tidak sesuai dengan komoditas yang
diusahakan.
2)
Potensi
sumber daya pertanian yang ada belum termanfaatkan secara maksimal
Masih cukup luas lahan potensial
untuk pengembangan pertanian di Propinsi Daerah Istimewa Aceh yang belum
dimanfaatkan. Hal ini disebabkan beberapa faktor salah satu diantaranya adalah
belum adanya informasi tentang keadaan agro-ekologi wilayah tersebut seperti
iklim dan tanah. Informasi agro-ekologi ini penting untuk menentukan jenis
komoditas yang sesuai dikembangkan di suatu daerah.
3)
Upaya
pengalihan teknologi sering mengalami kegagalan
Teknologi yang dihasilkan oleh
Balai-Balai Penelitian, dan dirakit oleh BPTP/LPTP dalam lima tahun terakhir
sudah cukup banyak, akan tetapi upaya pengalihan teknologi tersebut kepada
petani sering mengalami kegagalan. Hal ini disebabkan oleh beberapa faktor,
diantaranya kurangnya informasi yang dapat digunakan oleh peneliti, penyuluh,
perencana dan pelaku pembangunan pertanian untuk memahami dengan seksama
kondisi agro-ekologi, sosial ekonomi dan budaya yang ada di daerah sasaran.
Sehingga teknologi baru yang diintroduksikan tidak berlanjut setelah kegiatan
berakhir.
kondisi persawahan di Indonesia
Sekitar lima juta
hektare tanah sawah dari total tanah persawahan di Indonesia 7,9 juta hektare,
rusak atau sakit akibat penggunaan pupuk kimia oleh petani yang berlebihan.
Sekitar 60 persen dari luas lahan sawah kita sekitar 7,9 juta hektare sakit
atau kelelahan, akibat penggunaan pupuk kimia.
kondisi tersebut merupakan
hasil dari penelitian yang dilakukan Litbang Kementerian Pertanian, terakhir
dilakukan tahun 2010 bahwa lima juta dari 7,9 juta hektare lahan persawahan di
Indonesia rusak akibat penggunaan pupuk nonorganik. Indikasi kerusakan tersebut
dengan menurunnya produktivitas tanah, sehingga mengancam terhadap ketahanan
pangan nasional.
Untuk itu,
pemerintah harus gencar memberikan pemahaman kepada para petani terhadap
penggunaan pupuk organik tersebut, dengan memanfaatkan sumber daya yang ada
seperti jerami dengan cara dikompos. Menurut dia, kandungan zat pupuk dalam
lima ton jerami sama dengan kandungan 100 kg pupuk urea atau sama dengan 60 kg
SP 36 atau sama dengan 200 kg pupuk KCL.
Agar para petani kita
sejahtera, pemerintah perlu terus melakukan sosialisasi dan penjelasan
penggunaan pupuk organik serta melakukan pendampingan teknologi pertanian.
Jumlah Produksi pertanian nasional
A. PADI
Produksi padi tahun
2015 sebanyak 70,85 juta ton gabah kering giling (GKG) atau mengalami penurunan
sebanyak 0,43 juta ton (0,61 persen) dibandingkan tahun 2013.
Produksi padi tahun
2016 diperkirakan sebanyak 75,55 juta ton GKG atau mengalami kenaikan sebanyak
4,70 juta ton (6,64 persen) dibandingkan tahun 2015. Kenaikan produksi padi
tahun 2016 diperkirakan terjadi di Pulau Jawa sebanyak 1,83 juta ton dan di
luar Pulau Jawa sebanyak 2,88 juta ton. Kenaikan produksi diperkirakan terjadi
karena kenaikan luas panen seluas 0,51 juta hektar (3,71 persen) dan kenaikan
produktivitas sebesar 1,45 kuintal/hektar (2,82 persen).
B. JAGUNG
Produksi jagung
tahun 2015 sebanyak 19,01 juta ton pipilan kering atau meningkat sebanyak 0,50
juta ton (2,68 persen) dibandingkan tahun 2013.
Produksi jagung
tahun 2016 diperkirakan sebanyak 20,67 juta ton pipilan kering atau mengalami
kenaikan sebanyak 1,66 juta ton (8,72 persen) dibandingkan tahun 2015.
Peningkatan produksi diperkirakan terjadi karena kenaikan luas panen seluas
160,48 ribu hektar (4,18 persen) dan kenaikan produktivitas sebesar 2,16
kuintal/hektar (4,36 persen).
C. KEDELAI
Produksi kedelai
tahun 2015 sebanyak 955,00 ribu ton biji kering atau meningkat sebanyak 175,01
ribu ton (22,44 persen) dibandingkan tahun 2013.
Produksi kedelai
tahun 2016 diperkirakan sebanyak 998,87 ribu ton biji kering atau meningkat
sebanyak 43,87 ribu ton (4,59 persen) dibandingkan tahun 2015. Peningkatan
produksi kedelai diperkirakan terjadi karena kenaikan luas panen seluas 24,67
ribu hektar (4,01 persen) dan peningkatan produktivitas sebesar 0,09
kuintal/hektar (0,58 persen).
Jumlah Kebutuhan Bahan Pangan nasional
Kebutuhan Beras
Nasional
Jika menghitung kebutuhan beras
secara nasional secara kasar kita dapat memperolehnya dengan perkalian antara total
jumlah penduduk dengan kebutuhan konsumsi perkapita/tahun. Berdasarkan
data sensus penduduk 2014, penduduk kita berjumlah 244.814,90 jiwa, sedangkan
kebutuhan konsumsi perkapita antara 109 - 140 kg per tahun. dari data ini
diperoleh kebutuhan beras nasional per tahun adalah 244.814,90 x 140(0,14)
ton/tahun = 34.274,086 ton beras/tahun. Jika rendemen rata-rata 60% atau
kira-kira 60 kg beras dari 100 kg gabah, jadi kehilangan sebanyak 40 kg, maka
dibutuhkan 1.370,9 jutaGabah Kering Giling (GKG)
Kebutuhan luas sawah
nasional
Jika Rata-rata produksi per ha
sawah adalah 5 ton (GKG) per panen, maka kebutuhan luas sawah adalah 1.370,9
juta GKG dibagi 5 ton = 274,1 juta ha dengan asumsi setahun panen sekali.
Jika setahun panen 2 kali maka dibutuhkan 137, juta ha. Apabila setahun panen 3
kali hanya dibutuhkan 91,3 juta ha.
Data luas sawah di
Indonesia
Luas sawah di Indonesia dari
Badan Pusat Statistik (BPS) melansir saat ini luasnya sekitar 7,8 juta ha.
Selalu ada perbedaan data antar instansi pemerintah, Jika kita
menggunakan angka minimal ada 7 juta lahan sawah irigasi maka sebenarnya
produksi minimal beras nasional kita adalah 7 juta x 5 ton per ha x 3 kali
panen = 105 juta GKG per tahun atau 63 juta ton beras per tahun.
luas lahan yang perlu
ditambahkan sekitar :
Jika padi ditanam
selama 3 kali dalam setahun, luas lahan di indonesia surplus sebanyak :7
juta (luas lahan yang ada)- 91,3 juta ha =- 84,3 juta ha.
Jika padi ditanam
selama 2 kali dalam setahun, luas lahan di Indonesia akan depisit sebanyak : 7
juta (luas lahan yang ada)- 137, juta ha =- 130, juta ha.
Jika penaman
dilakukan hanya sekali dalam setahun, luas lahan di Indonesia akan depisit
sebanyak : 7 juta – 274,1=-267,1 juta hektar.
Kebutuhan Kedelai
Nasional
Jika menghitung kebutuhan kedelai
secara nasional secara kasar kita dapat memperolehnya dengan perkalian antara
total jumlah penduduk dengan kebutuhan konsumsi perkapita/tahun.
Berdasarkan data sensus penduduk 2014, penduduk kita berjumlah 244.814,90 jiwa.
Data Food and Agriculture Organization (FAO) tahun 2009 menunjukkan bahwa
masyarakat Indonesia mengonsumsi kedelai rata-rata 7,65 kg per orang per tahun.
dari data ini diperoleh kebutuhan kedelai nasional per tahun adalah 244.814,90
x 7,65 kg/tahun = 1872833,985 kg beras/tahun atau sekitar 1.872, juta
ton.
luas lahan kedelai
nasional
Jika Rata-rata produksi per ha
lahan kedelai adalah 3 ton per panen, maka kebutuhan luas lahan adalah
1.872, juta ton dibagi 3 ton = 624 juta ha dengan asumsi setahun panen
sekali. Jika setahun panen 2 kali maka dibutuhkan 312juta ha. Apabila
setahun panen 3 kali hanya dibutuhkan 208 jutaha.
Data luas lahan
kedelai di Indonesia
Menurut Rusman saat ini,
Indonesia hanya mempunyai 570 ribu hektar lahan kedelai. makaproduksi minimal
kedelai nasional kita adalah 570 ribu x 3 ton per ha = 1.710 ribu
ton kedelai pertahun.
luas lahan yang perlu
ditambahkan sekitar :
Jika padi ditanam selama 3 kali
dalam setahun, luas lahan di indonesia depisit sebanyak : 570 ribu
(luas lahan yang ada)- (luas lahan yang dibutuhkan) 208 juta ha = -207,430ribu
ha.
Jika padi ditanam
selama 2 kali dalam setahun, luas lahan di Indonesia akan depisit sebanyak :
570 ribu (luas lahan yang ada)- 312 juta ha = -320,430 ribu
ha.
Jika penaman
dilakukan hanya sekali dalam setahun, luas lahan di Indonesia akan depisit
sebanyak : 570 ribu – 624 ribu ha = - 623,430 ribu hektar.
Kebutuhan Jagung
Nasional
Jika menghitung kebutuhan jagung
secara nasional secara kasar kita dapat memperolehnya dengan perkalian antara
total jumlah penduduk dengan kebutuhan konsumsi perkapita/tahun.
Berdasarkan data sensus penduduk 2014, penduduk kita berjumlah 244.814,90 jiwa.
Menurut Afdal (2014) Data Kebutuhan setiap tahun jagung rata rata sekitar 2,280
ton dan untuk konsumsi jagung per kapita sebanyak 4,78 kg per orang
pertahun. dari data ini diperoleh kebutuhan kedelai nasional per tahun adalah
244.814,90 x 4,78 kg/tahun = 1.170.215 kg jagung/tahun atau sekitar
1.170, juta ton.
Kebutuhan luas lahan
jagung nasional
Jika Rata-rata
produksi per ha lahanadalah 6-8 ton per panen atau rata-rata 7 ton, maka
kebutuhan luas lahan adalah 1.170 juta ton dibagi 7 ton = 167,14juta ha
dengan asumsi setahun panen sekali. Jika setahun panen 2 kali maka dibutuhkan
83,57 juta ha. Apabila setahun panen 3 kali hanya dibutuhkan 27,85 juta
ha.
Data luas lahan
jagung di Indonesia
Kalau kita lihat
produksi jagung Indonesia dibandingkan dunia, Dari data Badan Pusat Statistik
(BPS) dan Dirjen Tanaman Pangan Kementerian Pertanian (Kementan), produksi
jagung nasional mencapai 17,6 juta ton pipilan kering dengan luas panen 4,8
juta hektare (ha). Selalu ada perbedaan data antar instansi pemerintah,
Jika kita menggunakan angka maxsimal 5 juta Ha. Maka luaslahan jagung
sebenarnya produksi minimal jagung nasional kita adalah 5 juta ha x 7 ton per
ha = 35 juta ton jagung/ pertahun.
luas lahan yang perlu
ditambahkan sekitar :
Jika ditanam selama 3 kali dalam
setahun, luas lahan di Indonesia depisit sebanyak : 5 juta (luas
lahan yang ada)- (luas lahan yang dibutuhkan) 27,85 juta ha = - 22,85 juta ha.
Jika ditanam selama 2
kali dalam setahun, luas lahan di Indonesia akan depisit sebanyak : 5
juta (luas lahan yang ada)- 83,57 juta ha = - 78,57 juta ha.
Jika penaman
dilakukan hanya sekali dalam setahun, luas lahan di Indonesia akan depisit
sebanyak : 5 juta – 167,14 juta ha = - 162,14 juta hektar.
Kebutuhan Gula
Nasional
Jika menghitung kebutuhan gula
secara nasional secara kasar kita dapat memperolehnya dengan perkalian antara
total jumlah penduduk dengan kebutuhan konsumsi perkapita/tahun.
Berdasarkan data sensus penduduk 2014, penduduk kita berjumlah 244.814,90 jiwa,
sedangkan Indonesia konsumsi gula rata-ratanya adalah ± 15 kg per orang
pertahun.Dari data ini diperoleh kebutuhan gula nasional per tahun adalah
244.814,90 x 15 kg/tahun = 3672223,5 kg beras/tahun atau sekitar 3.672, juta
ton /tahun. Jika rendemen rata-rata 10% atau kira-kira 10 kg gula dari 100 kg
tebu, jadi kehilangan sebanyak 90 kg, maka dibutuhkan 330,500 juta ton tebu
/tahun.
Kebutuhan luas lahan
Tebu nasional
Jika Rata-rata produksi per ha
lahan adalah 100 ton per panen dalam kurun waktu 1 tahun (12 bulan), maka
kebutuhan luas lahan adalah 330,500 juta ton dibagi 100 ton = 3,305 juta
ha dalam kurun waktu satu tahun.
Data luas Lahan Tebu
di Indonesia
Direktur Jenderal Perkebunan
Kementan Gamal Nasir mengatakan, luas lahan tanaman tebu pada 2013 mencapai
554.880 hektar (ha). maka produksi minimal tebu nasional kita adalah
554.880 ha x 100 ton per ha =55.488 juta ton tebu/ pertahun.
Luas Lahan Tebu yang
Perlu Ditambahkan
Tebu dipanen umur 12 bulan (1
tahun) maka, luas lahan di indonesia depisit sebanyak : 554.880 ha
(luas lahan yang ada)- (luas lahan yang dibutuhkan) 3,305 juta ha = -
2.740.120 ha.
DAFTAR PUSTAKA
-
Situmorang,
Alam. 2008. Ekonomi Jilid I untuk SMA/MA Kelas X. Jakarta: ESIS
-
http://sabkinatuna.blogspot.co.id/2015/02/kebutuhan-pangan-di-indonesia.html