ISLAM SEBAGAI AGAMA WAHYU
A.Pengertian Wahyu
1.Wahyu
Islam biasanya didefenisikan sebagai berikut: al-islam wahyun ilahiyun unzila ila nabiyyi Muhammad sallahhahu
‘alaihi wasallama lisa’adati al-dunya wa al-akhirah (islam adalah wahyu yang di turunkan
kepada nabi Muhammad saw sebagai pedoman untuk hidup di dunia dan di akhirat). Jadi, inti
islam adalah wahyu yang di turunkan kepada nabi muhammad. Kita percaya bahwa
wahyu ini terdiri atas dua macam:wahyu yang berbentuk Al-Qur’an,dan wahyu yang
berbentuk hadis, sunnah nabi Muhamad saw.
Persoalan persoalan di sekitar Al-Qur’an yang dapat di jadikan sasaran
penelitian itu banyak sekali. Kalau kita lihat kitab kitab Ulumul Qur’an, banyak sekali di daftar persoalan pesoalan di
sekitar Al-Qur’an itu.
Tujuan studi Al-Qur’an sebagai wahyu, tetapi misalnya mempertanyakan:bagaimana
kami cara membaca Al-Qur’an, kenapa cara membaca nya begitu, berapa macam jenis
bacaan itu, apa kaitannya dengan bacaan sebelumnya, apa sesungguh nya yang
melatar belakangi turun nya ayat itu, apa maksud ayat itu. Maka lahirlah
misalnya tafsir maudu’i yang
merupakan salah satu bentuk jawaban terhadap pertanyaan pertayaan tersebut di
atas. Pertanyaan selanjutnya, kalau dahulu di pahami begitu, apakah sekarang
masih harus di pahami sama ataukah perlu di pahami sama ataukah perlu pemahaman
baru.[1]
Secara etimologi wahyu berarti isyarat yang cepat. Dikatakan wahaitu ilaihi dan auhaitu jika kita berbicara pada seseorang agar tidak di ketahui
orang yang lain. Adapun wahyu allah kepada para nabi nya secara syara’ berarti
kalam allah yang di turunkan kepada seorang nabi.
Allah menjelaskan di dalam Al-Quran tentang cara menyampaikan apa
yang di kehendaki nya kepada nabi nya sebagaimana firman nya dalam Q.S
al-syura:51 yang artinya “dan tidak ada
bagi seorang manusia bahwa allah berkata kata dengan dia kecuali dengan
perantara wahyu atau di belakang tabir dengan mengutus seorang utusan
(malaikat) lalu di wahyukan kepada nya dengan seizin nya apa yang dia
kehendaki.sesungguh nya dia maha tinggi lagi maha bijak sana”.(Q.S.al-syura:51
)
Berdasarkan ayat di atas, maka wahyu itu dapat diklasifikasi kepada
tiga macam:
1.pemberitahuan dari allah dengan cara memberi ilham, tanpa melalui
perantara. Termasuk dalam bagian ini ialah mimpi yang tepat dan benar (al-ru’yah al-shadiqah),seperti Nabi
Ibrahim pernah menerima perintah menyembeli putranya (Nabi ismail) melalui
mimpi. Peristiwa ini di ungkapkan dalam al-Qur’an surat al-Syaffat:102
2.Mendengar firman allah di balik tabir,seperti yang dialami Nabi
Musa ketika menerima pengangkatan nya sebagai nabi.Peristiwa ini disebutkan
dalam surat Thaha:11-12
3. Penyampaian wahyu dengan perantara jibril yang di dalam
al-Qur’an di sebut “Ruhul Amin”[2]
2.Al-Qur’an
Secara etimologi Al-Qur’an berasal dari kata “qara’a, yaqra’u, qira’atan, atau qur’anan” yang berarti mangumpulkan (al-jam’u) dan menghimpun (al-dhammu)
huruf huruf serta kata kata dari satu bagian ke bagian lain secara teratur.
Dikatakan Al-Qur’an karena ia berisikan inti sari semua kitabullah dan inti
sari dari ilmu pengetahuan.
Banyak definisi Al-Qur’an yang saling melengkapi. Definisi pertama
lebih melihat keadaan Al-Qur’an sebagai firman allah yang di turunkan kepada
Nabi Muhammad, di riwayatkan kepada umat islam secara mutawatir, membaca nya
sebagai ibadah, dan satu fungsinya sebagai mukjizat atau melemahkan para lawan
yang menentangnya. Definisi kedua melengkapi penjelasan cara turunnya lewat
malaikat jibril. Penegasan tentang permulaan dari Al-Qur’an serta akhir
suratnya, dan fungsi nya di samping sebagai mukjizat atau hujah kerasulannya,
juga sebagai undang undang bagi seluruh umat manusia dan petunjuk dalam
beribadah. Dan definisi ketiga melengkapi isi Al-Qur’an yang mencakup
keseluruhan ilmu pengetahuan, fungsi nya
sebagai sumber yang mulia, dan penggalian esensinya hanya bisa dicapai oleh
orang orang yang berjiwa suci dan cerdas.[3]
Al-Qur’an diturunkan kepada Nabi Muhumad SAW. Kurang lebih selama
23 tahun dalam dua fase, yaitu 13 tahun pada fase sebelum beliau hijrah ke
madina (makiyah),dan 10 tahun pada fase sesudah hijrah ke madina(madaniyah).Isi
Al-Qur’an terdiri atas 114 surat,6236 ayat,74437 kalimat dan 325345 huruf.
Proposi masing masing fase tersebut adalah(86 surat untuk ayat ayat
makiyah),dan (28 surat untuk ayat ayat madaniyah).
Dari keseluruhan isi Al-Qur’an itu, pada dasar nya mengandung pesan
pesan sebagai berikut(1) masalah tauhid, termasuk di dalam nya masalah kepercayaan terhadap yang gaib;(2) masalah
ibadah,yaitu kegiatan kegiatan dan perbuatan perbuatan yang mewujudkan dan
manghidupkan di dalam hati dan jiwa;(3) masalah janji dan ancaman atau siksa bagi mereka yang berbuat jahat,
janji akan memperoleh kebahagiaan dunia akhirat, janji dan ancaman di akhirat
berupa surga dan neraka;(4) jalan menuju ke bahagiaan dunia akhirat, berupa
ketentuaan ketentua dan aturan aturan yang hendak nya di penuhi agar dapat mencapai
keridhoan allah;(5) riwayat dan cerita, yaitu sejarah orang orang terdahuluan
baik sejarah bangsa bangsa, tokoh tokoh maupun Nabi dan Rasul Allah.[4]
Al-Qur’an di turunkan kepada Nabi Muhamad SAW. Unttuk di sampaikan
kepada umat manusia, sudah barang tentu mamiliki sekian banyak fungsi, baik
bagi Nabi Muhammad itu sendiri maupun bagi kehidupan manusia secara
keseluruhan. Di antara fungsi Al-Qur’an adalah sebagai;(1) bukti kerasulan
Muhammad dan kebenaran ajarannya;(2) petunjuk akidah dan kepercayaan yang harus
di anut oleh manusia, yang tersimpul dalam keimanan akan keesaan allah dan
kepercayaan akan kepastian adanya hari pembalasan;(3) petunjuk mengenai akhlak
yang murni dengan jalan menerangkan norma norma keagamaan dan susila yang harus
diikuti oleh manusia dalam kehidupannya secara individual dan kolektif;(4)
petunjuk syariat dan hukum dengan jalan menerangkan dasar dasar hukum yang
harus di ikuti oleh manusia dalam hubungannya dengan tuhan dan sesama
manusia.Atau dengan kata lain, Al-Qur’an adalah pertunjuk bagi seluruh manusia
ke jalan yang harus di tempu demi kebahagiaan hidup di dunia dan di akhirat.[5]
B. Epistemologi Wahyu
Epistemologi adalah salah
satu cabang filsafat yang membahas tentang hakikat pengetahuan manusia. Persoalan
pokok yang berkembang dalam epistemologi adalah meliputi sumber sumber
pengetahuan, watak dari pengetahuan manusia, apakah pengetahuan itu benar
(valid) ataukah tidak. Bagaimana pengetahuan manusia itu di dapat, sehingga
epistemologi sampai pada problem hubungan metodologi dengan obyek dari ilmu
pengetahuan.
Epistemologi, berbicara tentang sumber sunber ilmu dan bagaimana
manusia bisa meraih ilmu. Islam khususnya, agama yang sangat menghargai ilmu
pengetahuan. Al-Qur’an adalah kitab yang begitu besar perhatiannya terhadap
aktivitas pemikiran dan ke ilmuan. Para pencari ilmu juga di berikan
penghargaan yang sangat tinggi .kaum muslimin wajib memanfaatkan dengan sekuat
tenaga untuk mencari ilmu (thalabul ilmi).
Dampaknya, Al-Qur’an disamakan dengan Bible; sebuah produk sejarah
yang dihasilkan manusia, bukan sebagai Kalam Allah;penafsiran terhadapnya relatif, tidak ada yang berhak
mengklaim benar; dan ajaran ajaran yang dikandungnya harus di rombak total agar sesuai dengan zaman, seperti jlbab,
hukum potong tangan, hukum potong tangan, hukum pernikahan, hukum perang, dan
lain lainnya.
Fakta seperti ini, menuntut kita untuk mengkaji ulang konsep ilmu dan islam; bagaimana
kedudukannya, konsep finalis kebenaran nya sumber sumbernya, klasifikasinya,
dan hakikatannya. Tulisan ini bertujuan mendiskripsikan dialektika dalam rana
epistemlogi peluang wahyu Al-Qur’an untuk dijadikan sebagai sumber ilmu pengetahuan.[6]
C.Wahyu Kauniyyah Dan Qur’aniyyaho
Zaman dimana al-qur’an diturunkan merupakan zaman para penyair, dan al-qur’an turun
dengan susunan bahasa arab yang ada. Di sini kita akan membahas lebih dalam
mengenai ayat qauliyah saja dan kauniyah. Pada umumnya mayoritas manusia yang
beragama islam hanya mengetahui mengenai ayat kauniyah yang jumlahnya berlimpa
di muka bumi ini.
Qauliyah merupakan sesuatu yang tertuls dan merupakan wahyu yang di
berikan secara langsung oleh Allah S.W.T. Semua
nya itu terkumpul dalam dua pedoman umat islam yaitu al-qur;an dan as-sunnah
(Hadist Nabi) melalui jalan resmi dengan
perantara malaikat jibril.
Sementara kauniyah merupakan sebuah proses penggunaan akal fikiran
untuk mendapatkan sesuatu yang haq. Proses yang dilakukan bisa berupa
penelitian, percoban, eksperimen dan lain sebagainya. Lmu ini tidak di
peruntukan bagi seorang muslim saja tapi orang yang beragama lain dapat
mendapat ilmu tersebut.
Kauliyah adalah sesuatu yang tertulis, marupakan wahyu resmi yang
diturunkan kepada rasul. Dan langsung dijamin kebenarannya. Allah menganugrahi
kitab Al-Qur’an dan as-sunnah yang keduanya jelas sesuatu yang kauliyah. Itulah
ilmu yang langsung dari Allah dan rasulnya, yang sudah tersurat untuk kita
pelajari. Dengan ath-thariqah ar-rasmiyah (jalan resmi) yaitu dalam jalur wahyu
melalui perantaraan malaikat jibril kepada rasulnya, yang disebut juga dengan
ayat ayat qauliyah.
Sebagai muslim, islam adalah agama wahyu. Sebagiman dengan tepat
dinyatakan oleh al-attas,”seluruh anasir inti agama : namanya, keyakininanya,
dan amalannya, ritual ritualnya, ajaran ajarannya, dan sistem keyakinannya
diberikan oleh wahyu dan ditafsirkan dan didemonstrasikan oleh Nabi melalui
kata katanya dan tauladannya, tidak dari tradisi budaya yang mutlak mangalir
dalam arus kesejarahan. Agama wahyu hanyalah yang sadar Akan keberadaannya
sejak semula; dan bahwa pengetahuan diri berasal dari sumber kekal, yakni wahyu
itu sendiri,bukan dari sejarah.
Dalam pandangan al-attas, karena sumber asal islam adalah wahyu,
prinsip prinsip fundamentalnya tidak mengalami perubahan sejalan dengan berjalannya waktu dan
perubahan keadaan. Prinsip prinsip fundamentalnya bersifat tetap dan tidak
takluk terhadap perubahan. Islam dicirikan dengan suatu otentisitas dan
finalitas yang menunjuk pada apa yang pamuncak, dan memproyeksikan suatu
pandangan realitas dan kebenaran yang melingkupi sekaligus keberadaan dan
kehidupan dalam perspektif total yang anasir fundamentalnya secara permanen
mapan.[7]
D.Posisi Akal (ilmu) Terhadap Wahyu
Islam sangat menekankan pentingnya
pencarian ilmu, untuk meneliti, memahami
alam semesta, dan kondisi alamiah yang
berkaitan dengan hal tersebut. Mencari
ilmu bukan hanya semata di anjurkan, melainkan
diwajibkan atas setiap muslim. Hamid Fahmy Zarkasyi juga
menjelaskan tahapan tahapan kelahiran
ilmu secara periodik. Menurut Hamid kelahiran ilmu dalam islam di bagi dalam empat periode. Pertama, turunnya wahyu
dan lahirnya pandangan hidup islam. Turunnya wahyu pada pada periode mekah merupakan sebuah
struktur konsep dunia dan akhirat
sekaligus yang merupakan sebuah struktur konsep tentang dunia yang baru.
Peiode kedua adalah lahirnya
kesadaran bahwa wahyu yang turun tersebut mengandung struktur ilmu pengetahuan
. Periode ketiga adalah lahirnya tradisi keilmuan dalam islam yang
ditunjukkan dengan adanya komunitas ilmuan. Periode keempat adalah
lahirnya disiplinilmu ilmu islam.
Dengan banyaknya ayat Al-Qur’an yang
berbicara tentang ilmu dan ketinggian derajat para pencari ilmu, maka dapat
disimpulkan bahwa struktur pengetahuan dalam islam penekanan pada konsep ilmu.
Telah dijelaskan di atas oleh Hamid Fahmy Zarkasyi berkaitan dengan islam
yang mampu melahirkan embrio ilmu (sains),dalam praktik nyatanya umat islam
memang tidak hanya melakukan pengkajian dan pengembangan dalam bidang al-‘ulumus-syar’iyyah
saja, akan tetapi juga dalam ilmu pengetahuan secara umum. Hal ini dapat
juga di pahami karena al-qur’an memberikan perhatian yang banyak pada hal hal
yang berkenaan dengan fenomena alam, sejarah, sosial dan hidup bermasyarakat[8]
[1] Dr.H.M .Atho Mudzhar. Pendekatan Studi Islam, (celeban timur,yogyakarta.pustaka
pelajar 2004.cet.VI).H 19
[2] Muhammad Zaini,M.Ag.Ululmul Quran Sutu Pengantar,(Banda Aceh,Yayasan
Pena Banda Aceh,juli 2005).H 14-15
[3] Prof.Dr.Muhaimi, MA.Kawasan dan
wawasan studi islam (jakarta;kencana,20.05) cet.I,h 83
[4] prof. Dr. Muhaimin, MA. Prof.Dr.Muhaimi, MA.Kawasan dan wawasan studi
islam (jakarta;kencana,2005) cet.I,h 84
[5] prof. Dr. Muhaimin, MA. Prof.Dr.Muhaimi, MA.Kawasan dan wawasan studi
islam (jakarta;kencana,2005) cet.1, h 86
[6] Dr . ADIAN HUSAINI, et.al. Filsafat ilmu(Depok : Gema Insani,
2013),hlm 27,28,50 dan 51.
[7]Dr . ADIAN HUSAINI, et.al.
Filsafat ilmu(Depok : Gema Insani, 2013),h 168-169
[8] Dr . ADIAN HUSAINI, et.al.
Filsafat ilmu(Depok : Gema Insani, 2013),h 25-26