Semua orang tidak pernah bisa memilih dilahirkan di mana, kapan, dari suku mana, dari pasangan yang mana, dalam kondisi apa, dan pada peristiwa apa, karena ini bukan urusan ketentuan Allah bukan pilihan. Tapi seseorang senantiasa bisa memilih apakah mau menggunakan akalnya untuk beriman pada Islam, ataukah mengabaikan akalnya lalu tidak beriman.
Artinya, dilahirkan sebagai warga negara
Indonesia dalam kondisi damai dan aman, dari pasangan ayah-ibu yang
keturunan Chinese, di kota Palembang, pada tahun 80-an itu murni
ketentuan Allah pada saya tanpa pengaruh saya sedikitpun. Tapi menjadi
seorang Muslim, jelas-jelas pilihan saya secara sadar.
Ini artinya, bagi saya yang memilih
Islam dengan benar-benar sadar, Islam adalah satunya hal terpenting yang
harus saya syukuri, saya jaga, saya banggakan. Artinya, sekalipun saya
dilahirkan sebagai seorang keturunan Jawa di Amerika, saya berharap
Islam tetaplah agama saya. Tidak penting dimana saya lahir, dari
keturunan apa, karena semuanya itu tak bisa dipilih. Tapi Islam, layak
dipilih dan layak dibanggakan.
Namun, mencintai suku dan mencintai tempat lahir adalah fitrahnya manusia yang wajar, Rasulullah saw pernah bersabda,
Namun, mencintai suku dan mencintai tempat lahir adalah fitrahnya manusia yang wajar, Rasulullah saw pernah bersabda,
والله انك لخير ارض الله واحب ارض الى الله ولوﻻ اخرجت منك ما خرجت
Demi Allah, sungguh engkau (kota Makkah) betul-betul bumi Allah yang paling baik dan tanah yang paling dicintai Allah, sekiranya aku tidak dipaksa keluar oleh kaumku, tidaklah aku keluar darimu (Makkah) (HR Ibnu Majah)
Demi Allah, sungguh engkau (kota Makkah) betul-betul bumi Allah yang paling baik dan tanah yang paling dicintai Allah, sekiranya aku tidak dipaksa keluar oleh kaumku, tidaklah aku keluar darimu (Makkah) (HR Ibnu Majah)
اللهم حبب الينا المدينة كحبنا مكة او اشد منه
Ya Allah, tanamkan di hati kami kecintaan kepada Madinah seperti kecintaan kepada Makkah, atau kuatkan kecintaan itu (kepada Madinah) (HR Bukhari)
Ya Allah, tanamkan di hati kami kecintaan kepada Madinah seperti kecintaan kepada Makkah, atau kuatkan kecintaan itu (kepada Madinah) (HR Bukhari)
Tidak mengapa mencintai tanah lahir,
wajar pula kita menghargai nasab atau keturunan, kebolehannya sama
seperti kita mencintai keluarga, mencintai harta kepemilikan, mencintai
istri dan anak, perniagaan dan yang semisal dengannya. Hanya saja di
dalam Islam porsinya tidak boleh melebihi cintanya kepada Allah dan
Rasul dan apapun yang diperintahkan oleh Allah dan Rasul.
Katakanlah: “Jika bapak-bapak,
anak-anak, saudara-saudara, istri-istri, kaum keluargamu, harta kekayaan
yang kamu usahakan, perniagaan yang kamu khawatiri kerugiannya, dan
rumah-rumah tempat tinggal yang kamu sukai, adalah lebih kamu cintai
daripada Allah dan Rasul-Nya dan (dari) berjihad di jalan-Nya, maka
tunggulah sampai Allah mendatangkan keputusan-Nya.” Dan Allah tidak
memberi petunjuk kepada orang-orang fasik. (QS 9:24)
Tiga perkara yang jika terdapat pada
seseorang maka ia akan merasakan manisnya iman, (1) Allah dan RasulNya
lebih ia cintai dari pada selainnya, (2) Ia mencintai seseorang, ia
tidak mencintainya kecuali karena Allah, dan (3) Ia benci untuk kembali
kepada kekufuran sebagaimana ia benci dilemparkan ke neraka (HR Bukhari
Muslim)
Tapi rasa cinta yang wajar dan
dibolehkan dalam Islam terhadap segala sesuatu yang sudah disebutkan
diatas itu, termasuk mencintai tempat lahir dan mencintai kaum serta
sesama, tidaklah sama dengan nasionalisme, dan tidak selalu harus
diwujudkan dengan nasionalisme
Nasionalisme dan Ukhuwah Islam
Dalam setiap masa dan tempat, manusia
senantiasa memerlukan ikatan untuk mempersatukan mereka, dan biasanya
ikatan ini ada karena tujuan yang ingin dicapai, karena mustahil
mencapai tujuan bersama tanpa adanya ikatan yang mempersatukan.
Sebagaimana tali menyatukan lidi maka bisa digunakan untuk tujuan
menyapu, sebagaimana paku mengikat kayu maka bisa digunakan untuk
membuat sesuatu.
Contoh kecil, orang-orang yang bepergian
dengan pesawat terbang, saat berada dalam pesawat memiliki ikatan
sampai mereka tiba di tujuan, maka mereka saling peduli, saling
membantu, saling menasihati dan berbuat baik hanya karena mereka punya
satu tujuan. Karena itulah kita peduli pada orang disamping kita yang
masih mengaktifkan telepon seluler saat pesawat sudah mau takeoff,
karena kita punya kepentingan yang sama. Ini namanya ikatan kepentingan.
Contoh lain, orang yang berbisnis,
antara majikan dan karyawannya juga seperti itu, ikatannya hanya ada
selama kepentingannya dan manfaatnya masih ada. Bila sudah hilang
kepentingannya, maka ikatannya pun hilang.
Ikatan bisa muncul juga bisa hilang, tergantung ikatannya dan tergantung keperluannya.
Nasionalisme misalnya, adalah ikatan
yang muncul karena seseorang tinggal di tempat yang sama dan merasakan
adanya ancaman bersama, maka wajar bila ikatan nasionalisme ini selalu
memerlukan ancaman demi ancaman agar tetap kuat ikatannya, dan akan
melemah begitu penduduknya merasa aman, dan ikatan ini sangatlah lemah
karena berdasarkan kesamaan tempat dan ancaman, ikatan reaktif dan
temporer bukan ikatan yang produktif dan selamanya.
Fanatisme kesukuan, ikatan ini muncul
tatkala sekelompok orang sempit dalam berpikir, lalu menjadikan
kecintaan terhadap kaum sebagai dasar untuk mengikatkan dirinya dan
bertujuan untuk membuktikan bahwa kaumnya lebih superior dibanding kaum
lainnya. Ikatan ini pun sangat lemah, karena didasarkan atas kesamaan
perasaan bukan pemikiran, dan pasti akan menimbulkan pertentangan dan
permusuhan dari suku lainnya yang juga merasa lebih superior. Dan ikatan
ini akan hilang begitu berbenturan dengan kepentingan dunia.
Dalam Islam, segala sesuatu termasuk
ikatan antarmanusia haruslah berdasarkan Allah dan Rasul-Nya, Kitabullah
dan Sunnah, dan ikatan penyatu antarmanusia yang paling pas adalah
ukhuwah Islam, karena kemunculannya dari aqidah, menyatukan orang-orang
yang beriman sekaligus memberikan perlindungan dan keamanan bagi yang
tidak memeluk aqidah Islam.
Dalam bentuk praktisnya, seringkali
ukhuwah yang muncul atas dasar aqidah Islam ini secara penampakan
terlihat sama dengan nasionalisme bagi yang kurang jeli. Misalnya sikap
menolak dan melawan penjajahan, ini sikap yang sama yang muncul baik
oleh ukhuwah maupun nasionalisme, namun keduanya sangat berbeda dari
segi tataran niat, dan tentu berbeda caranya.
Begini contoh mudahnya. Negara Amerika
tentu menanamkan nasionalisme pada warganegaranya, karenanya ketika
mereka menyerang Vietnam dan Irak, warganya mendaftar menjadi tentara
sebab nasionalisme, mereka mencintai tanah lahirnya karena nasionalisme.
Berbeda dengan para pejuang kemerdekaan
Indonesia yang nyata-nyata menolak penjajahan sebab Islam menolaknya,
ruh mereka digelorakan oleh Islam, takbir menjadi teriakannya dan jihad
menjadi resolusinya. Islam menjadi jiwa perjuangan kemerdekaan
Indonesia. Kita mencintai Indonesia tersebab Islam.
Jadi Amerika menanamkan nasionalisme dan
patriotisme kepada warganya jelas bukan tersebab dan bersumber dari
ajaran Islam, justru karena mereka tidak punya pilihan lain untuk
mengikat warganya kecuali persatuan karena nasionalisme.
Seorang yang bukan Muslim bisa saja
menjadi seorang yang nasionalis, seorang Muslim juga bisa saja seorang
nasionalis. Tapi ukhuwah Islam, itu hanya seorang Muslim yang bisa.
Ukhuwah itu ikatan khas yang bersumber dari aqidah Islam.
Sederhananya, ukhuwah Islam berbeda dengan nasionalisme. Sebab berbeda dalam tataran asas, juga berbeda dalam tataran cara.
Bila kita masih ngotot dengan
nasionalisme, lalu bagaimana kita memandang Malaysia, Palestina, Turki,
dan negeri-negeri Muslim yang lainnya? Dengan pandangan nasionalisme
atau dengan pandangan ukhuwah? Bila dengan pandangan nasionalisme, maka
bukan urusan kita membantu Palestina, adalah urusan kita bila Malaysia
mengklaim budaya dan wilayah Indonesia. Namun dalam pandangan ukhuwah,
mereka adalah saudara yang harus dibela, dipersatukan, satu perjuangan
dan satu tumpah darah.
Selanjutnya, nasionalisme secara sejarah
telah terbukti mampu memecah belah persatuan Islam dan mengakibatkan
perseteruan dan pemusuhan diantara kaum Muslim yang tadinya disatukan
dengan ukhuwah Islam. Dan itulah faktanya ketika kaum-kaum Arab
disatukan dengan ikatan nasionalisme lalu memisahkan diri dengan
Khilafah Utsmani, begitu pula puluhan negeri-negeri Muslim yang lain
yang diberikan kemerdekaan berdasar nasionalisme lalu memisahkan diri
mereka dari yang lainnya, dan pada akhirnya sebagai pukulan telak,
Republik Turki juga berdiri berdasar nasionalisme sekuler menggantikan
Khilafah Islam.
Tidak begitu dengan ukhuwah. Sejak
awalnya, Rasulullah saw menyatukan Aus dan Khazraj yang berseteru dengan
ukhuwah yang bersumber dari aqidah. Bila Tuhan kita Allah, maka kita
bersaudara. Selanjutnya ikatan ini menjadi pemersatu seluruh Hijaz dan
akhirnya seluruh Jazirah. Pada gilirannya ikatan inilah yang
mempersatukan Afrika, Asia, Eropa, India, Syam, dan Nusantara dalam
naungan Khilafah Islam. Ikatan ini yang menjadikan seluruh manusia
bersaudara dan mengamankan dunia, memanusiakan manusia dan menghilangkan
permusuhan diantara mereka. Ikatan dari Allah.
Dan berpeganglah kamu semuanya kepada
tali (agama) Allah, dan janganlah kamu bercerai berai, dan ingatlah akan
nikmat Allah kepadamu ketika kamu dahulu (masa Jahiliah) bermusuh
musuhan, maka Allah mempersatukan hatimu, lalu menjadilah kamu karena
nikmat Allah orang-orang yang bersaudara; dan kamu telah berada di tepi
jurang neraka, lalu Allah menyelamatkan kamu daripadanya. Demikianlah
Allah menerangkan ayat-ayat-Nya kepadamu, agar kamu mendapat petunjuk.
(QS 3: 103)
Jadi bersatunya kaum Muslim itu karena
menaati Allah, karena berpegang pada tali Allah yaitu Islam, yaitu
Kitabullah dan Sunnah, bukan karena ikatan-ikatan lemah selainnya.
Ukhuwah ini ikatan yang bersumber dari aqidah, ikatan dunia akhirat.
Jadi memang betul, tidak perlulah mempertentangkan antara ukhuwah dan nasionalisme, karena ukhuwah itu adalah tuntutan aqidah, sementara nasionalisme munculnya bukan karena aqidah, karenanya yang bukan Muslim juga bisa.
Jadi memang betul, tidak perlulah mempertentangkan antara ukhuwah dan nasionalisme, karena ukhuwah itu adalah tuntutan aqidah, sementara nasionalisme munculnya bukan karena aqidah, karenanya yang bukan Muslim juga bisa.
Peringatan Kemerdekaan Indonesia Ke-70
Dan akhirnya, hari ini peringatan
kemerdekaan Indonesia ke-70, maka kita mengucap syukur dan puji pada
Allah Azza wa Jalla yang telah mengaruniakan kepadaka kita kebebasan
dari penjajagan fisik. Kita menengadahkan tangan dan berdoa untuk para
pejuang yang telah mengorbankan jiwa dan hartanya untuk kenikmatan yang
kita rasakan. Atas teriak takbir para pejuang, resolusi jihad para
ulama, dan darah para syuhada. Kita bersyukur atas kesemuanya
Namun tentu saja perjuangan belum usai,
bagi kaum Muslim, aqidah mereka menuntut kemerdekaan yang hakiki, yaitu
terbebasnya manusia dari penyembahan kepada sesama manusia, beralih pada
penyembahan total dan satu-satunya hanya kepada Allah Rabb Semesta.
Maka tersebab cinta Indonesia kita
berdakwah dan berbagi tentang Islam. Maka sebab cinta Indonesia kita
menyeru pada penegakan hukum Allah, karena inilah yang mengalir di dalam
darah dan nadi para pejuang dan ulama pendahulu kita. Islam menjadi ruh
perjuangan mereka dan kita, karena Allah mereka dan kita berjuang, dan
kepada Allah mereka dan kita mohon pertolongan.
Giliran kita mengisi kemerdekaan,
membebaskan manusia dari penjajahan non-fisik, pemikiran kufur yang
memenjara dan tidak manusiawi, sistem hidup yang jauh dari fitrah dan
selalu menindas, sistem ekonomi yang tidak pernah memihak pada yang
lemah dan mengutamakan yang kaya, sistem hukum dan pendidikan yang
sangat materialistik. Karena kita mencintai Indonesia, karena kita
Muslim yang diamanahkan Indonesia ini, maka Syariah harus tegak,
Khilafah harus mempersatukannya.
Tapi tentu saja, yang namanya pendapat
tentu banyak kurangnya, banyak silangnya. Silakan berkeyakinan berbeda
dan berpendapat berbeda. Allah berikan kebebasan di dunia ini bagi siapa
saja untuk meyakini apa saja, mengatakan apa saja dan mendiamkan apa
saja. Dan kita berharap bahwa kita meyakini Islam semata, agar aman di
akhirat.
DOWNLOAD GRATIS EBOOK/BUKU (Klik Disini)
CARA MENDAPATKAN UANG DI INTERNET (Klik Disini)
KUMPULAN SKRIPSI H.PERDATA (Klik Disini) , H.TATA NEGARA (Klik Disini)
Sumber Referensi :
http://felixsiauw.com/home/tentang-cinta-indonesia-nasionalisme-ukhuwah-dan-kemerdekaan/
DOWNLOAD GRATIS EBOOK/BUKU (Klik Disini)
CARA MENDAPATKAN UANG DI INTERNET (Klik Disini)
KUMPULAN SKRIPSI H.PERDATA (Klik Disini) , H.TATA NEGARA (Klik Disini)
Sumber Referensi :
http://felixsiauw.com/home/tentang-cinta-indonesia-nasionalisme-ukhuwah-dan-kemerdekaan/